[[Dear Jund…]]


Menulis serpihan inspirasi yang masih tersisa.
Mengulang kembali ingatan lama.
Mencoba jujur ungkapkan kata hati yang tertegun akan realitas.
Menggali makna dari sebuah kata.
Kucoba… Terus kucoba…
Dan, sisi kiriku berbisik,
“Tutup semua cita-mu! Takan berguna! Lari saja lari! Di depan ada jalan! Tak usah kau lakoni hidup yang penuh duri ini!”
Gilaaaa!!! Kulempar suara itu jauh-jauh.
Jangan lagi!
Jangan lagi seperti ini!
Aku coba lawan suara brengsek itu.
Yang terus mengganggu hidupku agar aku mundur dan putus asa.

Syukurku pada Rabbku, aku masih punya NURANI. Yang memberiku dorongan. Agar tetap bertahan. Yang membuatku tegar menata kembali harapan. Aku bangkit…
Aku bangkit walau tertatih.
Ku melangkah menuju cita dan harapan. Yang takan pernah lagi diganggu suara kiri.
Lihat aku! Aku maju, kuhadapi hidup ini, takan pernah lari dari realitas yang kadang penuh ironi.

22 Comments Add yours

  1. daynishurnal berkata:

    Dear…
    Hmph, tak terasa bila kuhitung-hitung sudah 5 tahun aku menulis catatan harian alias DIARY. Sejak 2005, tepatnya saat aku masih kelas 3 Tsanawiyyah.

    Kubuka lagi diary-diaryku yang dulu. Karena sudah lama tak kulirik, aku seperti memegang sebuah buku yang asing.
    Aneh memang! Padahal tulisan dalam buku itu asli curahan hatiku.

    Setiap lembar kubaca selintas. Wah, ini diary kacau banget sih! Setiap bahasa dan susunan katanya sangat aneh dan konyol. Hufh, terkesan childness! Hal yang tak begitu penting saja dituliskan. Ckckck,,, ternyata dulu aku begini ya.. Hhaha, aku tersenyum dan mulai tertawa sendiri. :))
    😕 Sebenarnya, aku ingin melakukan editing pada semua tulisanku yang kubaca itu. Tapi, biarlah, aku takan mengubahnya. Biarkan tulisan itu tetap alami. Walaupun ketika kubaca, sangat jauh dari yang aku inginkan sekarang. Hheu, tulisan budak leutik…

    Nah, sekarang pastinya beda dong,
    My Journal. Sekarang jadinya My Journal ah, bukan diary lagi :-d Iyalah, sekarang kan sudah jadi mahasiswa! :->
    Hha, narsisme ah!
    Yupz, tidak ada lagi kata-kata yang aneh dan konyol seperti anak kecil. Pokoknya jadi lebih nyastra dan puitis lah! Hhe,,,

    Upz, tak ada yang pernah tahu isi My Journal.. Karena RAHASIA..
    Tapi, Hufh! :-s sebalnya kalau My Journal dibaca sama sembarang orang tanpa izin. Jadi, kusimpan My Journal di tempat yang tersembunyi. Ssttt, :-$ jangan sampai cicak-cicak di dinding tahu. Biarkan hanya aku dan Dia yang tahu. 😉

    Suka

    1. Irsyad berkata:

      Adakah secarik kisah menyenagkan tentangku dlm kisahmu?
      🙂

      Suka

      1. jundiurna92 berkata:

        ada syad, maaf baru bales setelah sekian tahun tak terjawab, 😀
        secarik kisah itu bernama masa remaja, masa-masa labil saat kenangan kita di sekolah sebagai teman yang selalu kucing-kucingan saling menjahili. ^_^

        Suka

  2. daynishurnal berkata:

    Wah, diriku nyastra lagi uy…
    Ribuan kata olahan imaji,
    Menembus sekat dari ruang yang sunyi.
    Diksiku bermain lagi.
    Huah, ternyata bakat terpendam.
    Tak kusadari, aku sepuitis ini.
    Hheu, narsis :mode on. 😛
    🙂

    Suka

  3. Ihsan fadillah berkata:

    wah shizunda .,.,

    Suka

    1. daynishurnal berkata:

      Apa atuu..
      Hheheu,,,

      Suka

  4. daynishurnal berkata:

    Kutipan Fesbuk 19 Maret 2010 20:24
    My Stat >>Pelan-pelan hati ini bergerak. Sendirian ke dalam sajak. Menelan sepi sendirian di dalam malam.

    Bojazz Prograsz >> terombang oleh sajak..
    trsapu oleh fatamorgana..
    sehingga membuat ku tak lekang untuk memilih jalan kluar…
    apkah ini tabir yg engkau lantunkan ………
    20:42 ·

    Shizunda Ijund >> Terpenjara mencari makna dari setiap sudut kata.
    Tak pernah kutemukan kecuali akulah makna itu sendiri.
    20:44 ·

    Pipin Nurullah >> sejenak melawan realitas.. dalam pandangan penuh asa.. apa yang bisa membuat ku bahagia??

    kala sepi meghantam.. adakah kebersamaan esok hari??
    20:49 ·

    Bojazz Prograsz >> tatkala ktika itu yg kau pncarkan..
    mka truslah kau kembngkan sehinga yg kau rasa tetap kau rasa..
    yg kau lkukan tetap pda pndirian yg trbuat…
    20:49 ·

    Shizunda Ijund >> Tapi tak mungkin aku terus begini, aku tak boleh berlama2 dalam dunia kecil.
    Realitas tlah menunggu di dpan mata.
    20:53 ·

    Bojazz Prograsz >> tp bwtlah drimu tetap nyaman dlam keadaan yg kau bwt..
    jangn prnah sklipun mngeluh trhdap pndirian yg trbuat….
    itulah sbabnya kruntuhan mndera,,ketika melihat kegagalan d belakng..
    hingga trlupa jln d depan,,,
    20:55 ·

    Cha Vhy Radcliffe >> Bangkit dr tidur panjangmu akan membawa hawa segar yg mampu kembalikan energi positifmu bersama kekuatan pikiran
    Komennya puitis smwa…
    Hihhi… 😉
    21:01 ·

    Bojazz Prograsz >> oh jlas dom’z….
    skrang gmna klo komen tulisan bojazz..??
    21:02 ·

    Shizunda Ijund >> iya niyh, puitisasi fesbuk.
    hheheu,
    21:04 ·

    Bojazz Prograsz >> jdikanlah facebook prng sastra…
    kta rbah pndngan orng trhdaphal yg negatif…
    21:07 ·

    Cha Vhy Radcliffe >> Huuh Jund!
    Bagus2 puisix…
    Ijund spesialis puisi y???
    21:09 ·

    Shizunda Ijund >> gatau ath ini teh,
    jadi jatuh cinta pada sastra,
    sejak masuk dunia jurnalistik.
    hheheu,
    21:11 ·

    Cha Vhy Radcliffe >> Owh gt!
    Ijund ambil Jurnalistik Sastra ga?
    21:18 ·

    Shizunda Ijund >> Engga,
    ngga ngambil vhy,
    otodidak ternyata lbih menyenangkan..
    hhihi,
    21:20

    Suka

    1. Irsyad berkata:

      Wuih..
      Rajin bener…

      Suka

  5. daynishurnal berkata:

    Kak,… Ada dan Tiada Dirimu,…
    Tak pernah berpengaruh bagiku.

    Aku anak kedua. Tapi serasa anak pertama.
    Ia datang dan pergi begitu saja.
    Datang tanpa kabar, pergi tanpa permisi bagai ditelan bumi.
    Argh, entahlah aku sudah muak.
    Aku tak pernah benci padanya.
    Aku tak pernah dendam padanya.
    Walau aku tak pernah mendapatkan curahan kasihnya.
    Tak pernah dibelai mesra seorang kakak.
    Kala aku menangis, tak ada yang menghiburku.
    Kecuali kertas-kertas kosong bergoreskan pena.
    Tak ada yang membantuku mengerjakan PR saat sekolah dulu.
    Sekali lagi, karena itu semua. Aku tak benci. Aku tak dendam padanya.

    Hanya saja…
    Satu yang membuatku kesal,
    Satu yang membuatku tanganku terkepal,
    Satu yang membuat amarahku menggumpal,
    Dia! Dia telah sakiti ibunda…
    Bunda yang kusayangi…

    Sungguh, tak rela!
    Aku tak rela dia menyakiti wanita yang paling berarti dalam hidupku.
    Hingga, dalam diri ini.
    Tak terbersit sedikitpun harap.
    Harapan akan hadirnya dalam hidupku.
    Tak penting lagi dirimu bagiku kini!
    Cukuplah aku dikenal sebagai anak pertama sekarang.
    Walau secara de facto, aku tetap anak kedua…
    Aku tak ingin adik-adikku seperti aku, yang diabaikan olehmu.

    Suka

  6. daynishurnal berkata:

    Aku tak pernah bisa mengerti, memahami…
    Argh!!! Kadang aku rindu aku yang dulu..
    Yang menjalani semuanya tanpa beban.
    Tanpa keluhan, tanpa keputusasaan…
    Mana “aku” yang tegar???
    Dimana ketegaran itu bersembunyi???
    Kenapa yang datang hanya sikap kalah dan menyerah!
    Sulit ternyata mengembalikan semangat… T-T

    Suka

  7. Ihsan fadillah berkata:

    Judul page

    Tetap semangat SHIZUNDA,.,.,.,.

    Tulisan ini menggunakan bold

    Suka

  8. daynishurnal berkata:

    Saat kemalasan mendera, tak ada lagi yang ingin dilakukan.
    Diri tak sedikit pun bergerak untuk lebih cepat.
    Lambat.
    Hufh, jangan berikan celah pada kemalasan.
    Jangan biarkan ia membunuh harapan sang hati kecil untuk bangkit.
    Menyokong diri muncul ke ambang peradaban.
    Jangan.. jangan.. jangan..!
    Malasssssssssss…
    Pergilah kau jauh-jauh!!!!
    Tak butuh dirimu untuk hidupku!
    Kau hanyalah benalu!
    Mulai saat ini azamkan dalam diri,
    bahwa..
    TAK ADA KATA “MALAS” DALAM KAMUS HIDUP.
    KARENA HIDUP ADALAH PERJUANGAN!

    Suka

  9. daynishurnal berkata:

    Aduh..
    Sebuah kata keluh kesah yang biasa hadir dan muncul kala diri dirundung gelisah. Kala zona nyaman sedikit terganggu atas hal-hal yang tak terduga sebelumnya.
    Aduh. Lagi-lagi aduh.

    Kapan sih, aduh tak menyapa.???
    Ingin sekali-kali kusimpan si “aduh” ke saku dalam-dalam. Atau sakunya bolong. Agar si “aduh” jatuh dan tak bisa kurogoh lagi kala keluh kesah datang.
    Keluh kesah tanpa suara. Hanya raga yang bertindak. Tanpa mulut yang bicara. Karena seringkali saat dirundung gelisah, lisan tak terjaga. Bahkan sering menyalahkan sesuatu di luar diri.
    Aku tak akan mengeluh lagi. Tak ada alasan yang jelas jika aku harus terus-menerus mengeluh.
    Walau kutahu, keluh kesah adalah fitrahnya manusia. Kucoba sedikit mengurangi keluh itu kalau diri telah berkucuran peluh. Kucoba mengurangi resah karena diri tlah terlampau lelah.

    Alhamdulillah…

    Upz, tapi masih ada kata yang muncul dalam hati, “duh!”

    Suka

  10. daynishurnal berkata:

    Banyak hal. Banyak hal yang bisa dijadikan bahan refleksi dan kontemplasi.
    Kupandang lagi realita lebih dekat. Bukan lagi memandang bagaimana aku adanya. Semestinya kulihat apa adanya realita itu. Agar kupandang dengan utuh.

    Suka

  11. daynishurnal berkata:

    Saat ini,,, ada yang menjadi cambuk bagiku. Sesuatu yang menjadi tuntutan atas apa yang kuperoleh selama ini.
    Belum cukup bagiku, jika harus puas akan yang telah kupahami…
    Masih banyak yang mesti kuungkap dari segala sesuatu…
    Aku ingin punya banyak waktu untuk terus berkontemplasi…

    Suka

  12. daynishurnal berkata:

    Masih ada waktu yang tersisa…
    Segera harus kuperbaiki semua langkah yang keliru dan praduga yang alfa..

    Suka

  13. daynishurnal berkata:

    Kadang aku berpikir…
    apakah yang kumiliki selama ini telah aku syukuri…
    Aku kerapkali tak pernah puas atas apa yang kumiliki,
    Aku bingung..
    Dan saat seperti ini sering kutelan sendiri,..
    Ah..

    Suka

  14. lupi pilu sekali berkata:

    bagussss,,,

    🙂

    Suka

  15. daynishurnal berkata:

    Dimana posisiku saat ini??? Apa yang tengah aku rasakan??? Sulit mengidentifikasi keadaan. Apakah Allah telah menghilangkan kepekaan… Ya Allah, ampuni aku…
    Aku telah terlampau jauh darimu. Aku khilaf, telah membuat sekat itu semakin nyata.
    Ingin aku menangis. Mengadu… Meluruhkan semua air mata ku di tengah munajat sepinya malam. Tapi mengapa, diri ini belum juga TERBANGUN dari ketidaksadaran atas hakikat hidup.

    Aku memang lemah. Terlampau lemah saat sendiri. Pernah aku merasa kuat bertahan dalam kesendirian, tapi nyatanya semua itu salah!
    Aku goyah, tak ada yang membantu langkahku. Kecuali hanya Engkau yang masih memberi hamba kekuatan untuk bertahan…

    Sungguh, aku menjadi jengah atas wacana idealis berbungkus kata-kata manis. Semua itu cuma sekedar WACANA TANPA IMPLEMENTASI. Omong Kosong! Hidup tak cuma butuh retorika. Tapi yang terpenting adalah amal dan keteladanan yang utama.

    BANGKIT JUND! Jangan kalah oleh EGOmu!

    Suka

  16. jundiurna92 berkata:

    Pernah aku menuangkan kata-kata dalam kertas, membawa tinta tergusur ikuti garis pikiran. Tanpa EYD, tanpa ingin bermanja-manja kata. Aku hanya mengikuti alur nurani yang tak jarang mengungkapkan banyak hal yang tabu untuk dibicarakan. Tentang ini, tentang itu. Tentang semua yang melintas diam-diam saat ia berada di tengah lamunan. Melamun saat rutinitas menghimpit. Mencuri-curi kesempatan yang terbatas untuk memberikan ruang bernafas. Jangan-jangan, aku hanya tertidur dalam ilusiku. Mengejar kebiasaan orang-orang banyak (bekerja) untuk tidak dikatakan pengangguran. Kadang aku menjalani semua ini setengah hati. Langkah terpacu ke tempat kerja, sementara pikiran dan hati berlarian liar ke berbagai arah. Memikirkan teman dan kenangan di masa lalu.

    Suka

  17. wildainish berkata:

    Bismillah. Hai aku datang kembali setelah satu dekade membiarkan laman ini lapuk berdebu. Hai dirimu… yang sudah sangat jauh berbeda meninggalkan kata-kata. Kini kamu belajar kembali menguraikan apa yang dirasa. Percaya dengan takdirNya, mendayung perahu di atas gelombang zaman, menyambut dewasa sungguh penuh tekanan. Mari mulai kembali dan cetak satu demi satu buah pikiran menjadi lembaran yang teraba.

    Suka

Silahkan komentar, senang bisa berbagi :-)