Lelah Hati

Aku lelah, sungguh merasa lelah. Wajarkah? Mungkin jika badan yang kelelahan, aku bisa merebahkannya beristirahat. Beristirahat sejenak memulihkan syaraf-syaraf otot yang tegang dan tulang yang kaku. Tapi, kalau hati yang lelah, haruskah aku beristirahat sepanjang waktu, melupakan masalah demi masalah yang memaku, menganggap semua baik-baik saja…?

Sungguh tak cukup dengan beristirahat. Saat bangun hati ini justru semakin lelah kala berhadapan dengan beban yang terus menumpuk.

Wajarkah bila aku lelah? Saat aku mencoba bertahan, mempertahankan langkahku mengajak yang lain untuk bersama mengiringi langkah ini, bukan kebersamaan yang kudapatkan. Yang ada hanyalah alasan demi alasan… tidak bisa, tidak bisa, tidak bisa, sering kali mengelak dan menjauh tanpa kesungguhan. Jalan ini bagi mereka mungkin nomor kesekian yang tak pernah menjadi perhatian.

Lelah, hati ini sungguh lelah. Tapi ada setitik harapan bagiku untuk berusaha memahami. Berusaha mengerti keadaan. Saat yang lain mundur, saat yang lain pergi, saat yang lain berpaling, aku sadar jalan ini tak bisa dilalui dengan paksaan. Aku tak bisa lagi memaksa mereka untuk bertahan, biarlah hati mereka sendiri yang memilih, menentukan, dan merasa memiliki. Di tengah lelah ini, aku berharap semoga lelah ini hanya jeda bagiku untuk memacu energi, semoga lelah ini tidak lama. Aku tak ingin lelah ini buatku lalai menjalani peran sebagai manusia. Terutama lalai berperan sebagai hamba. Obati lelahku ini dengan harapan bertemu denganMu, Rabbi… Agar niat dan tujuanku selalu tertuju padaMu bukan yang lain. Karena Engkau sebaik-baik tempat ku menggantungkan harapan ini. Harapan yang seringkali padam dan menyala…

1 Comments Add yours

  1. cacing afif berkata:

    benar2 like…

    Suka

Silahkan komentar, senang bisa berbagi :-)